Status Gizi Anak Indonesia
Indonesia telah mengalami banyak peristiwa penting dalam perjalanannya untuk menjadi negara berpenghasilan menengah. Di antaranya penurunan angka kematian anak dan meningkatnya penerimaan anak di sekolah dasar secara signifikan. Kendati demikian, belum ada peningkatan pada status gizi anak-anak.
Jutaan anak-anak dan remaja Indonesia tetap terancam dengan tingginya angka anak yang bertubuh pendek (stunting) dan kurus (wasting) serta ‘beban ganda’ malnutrisi dimana terjadinya kekurangan dan kelebihan gizi.
Bertubuh pendek (Stunting)
Kegagalan untuk mencapai potensi pertumbuhan seseorang – disebabkan oleh malnutrisi kronis dan penyakit berulang selama masa kanak-kanak. Hal ini dapat membatasi kapasitas fisik dan kognitif anak secara permanen dan menyebabkan kerusakan yang lama.
Bertubuh kurus (Wasting)
Di sisi lain, memiliki tubuh kurus (wasting), atau kekurangan gizi akut, merupakan akibat dari penurunan berat badan yang cepat atau kegagalan untuk menambah berat badan. Seorang anak yang tergolong kurus atau kegemukan memiliki risiko kematian yang tinggi.
Kegemukan dan obesitas pada orang dewasa
Secara lokal dikenal sebagai ‘gemuk’ – telah mencapai hampir dua kali lipat di Indonesia dalam 15 tahun terakhir, meningkatkan potensi penyakit tidak menular yang mengkhawatirkan seperti diabetes dan penyakit kardiovaskular.
Populasi kerja yang lebih besar, waktu perjalanan yang lebih lama, serta perubahan pola makan dan gaya hidup semuanya berkontribusi pada kurangnya konsumsi produk segar dan peningkatan asupan makanan olahan dan pra-olahan yang seringkali mengandung karbohidrat tinggi (termasuk gula), garam, dan lemak, mengakibatkan lonjakan kelebihan berat badan.
Efek dari beban ganda malnutrisi tidak hanya dirasakan oleh masyarakat. Hal ini juga berdampak terhadap Ekonomi. Malnutrisi dapat menyebabkan kemiskinan yang berkelanjutan.
Meskipun kemiskinan berkontribusi terhadap gizi buruk, minimnya pengetahuan dan praktik pengasuhan anak dan pemberian makan anak yang tidak memadai juga turut menyebabkan tingginya angka gizi buruk.
Kesehatan ibu juga berperan penting. Banyak perempuan yang hamil saat usia remaja, tidak makan dengan benar selama kehamilan sehingga sering melahirkan bayi yang kecil atau berat badan rendah.
Bukti-bukti baru telah menemukan bahwa kekurangan gizi ibu dan janin meningkatkan kerentanan populasi terhadap kelebihan gizi dan penyakit tidak menular yang berhubungan dengan diet pada masa remaja dan dewasa.
Selain itu, sekitar 55 juta orang di seluruh negeri atau sekitar 22 persen dari jumlah penduduk – masih mempraktikkan buang air besar sembarangan. Sebuah kebiasaan yang sangat tidak sehat yang mengakibatkan tingginya penyakit diare dan gizi buruk pada masa kanak-kanak.
Sumber : Unicef.org